KH. Badruddin atau yang lebih dikenal dengan sebutan ‘Guru Ibad’.
Beliau dilahirkan pada tanggal 29 Dzul Qo’idah 1355 Hijriah atau bertepatan
pada tanggal 11 Februari 1937 M. di kota serambi Makkah Martapura Kalimantan
Selatan. Nama lengkap Beliau adalah KH. Badruddin bin mufti KH. Ahmad Zaini bin
KH. Abdurrahman bin H. Zainuddin bin Abdusshomad bin Abdullah Al Banjari,
keturunan langsung dari Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Beliau terlahir dari
keluarga besar yang menjadi panutan karena banyak yang menjadi ulama.
Tokoh ini mempunyai kharisma besar di masyarakat. Selain sebagai
ulama Beliau juga bagian dari elemen pemerintahan baik di lokal maupun pusat.
Pengaruhnya yang pengembangan-pengembangan yang banyak Beliau lakukan di
jajaran pesantren Darussalam dan lingkungan masyarakat di sekitarnya.
Beliau hidup di tengah-tengah masyarakat muslim yang taat beragama.
Sejak kecil mula-mula menerima pendidikan dari ayah dan kakek Beliau.
Selanjutnya memasuki pendidikan formal di madrasah Iqdamul Ulum dan
pesantren Darussalam Martapura. Dan setelah meluluskan jenjang pendidikan tersebut,
Beliau meneruskan jelajah ilmunya ke Makkah Al Mukarramah tepatnya di madrasah
Shaulathiyyah Makkah. Selain itu Beliau juga memperdalam pengetahuannya dengan
beberapa ulama besar Martapura, diantaranya ; KH. Husein Qodri (yang tak lain
kakak Beliau sendiri) K.H. A. Sya’rani Arif, K.H. Semman Mulya, dan KH. Salim
Ma’ruf serta beberapa ulama dan habaib di pulau Jawa.
K.H. Badruddin tidak pernah berhenti meneruskan perjuangan yang
dilakukan oleh kakek, ayah dan saudaranya sebagai pembimbing dan pembina
masyarakat melalui pengajian-pengajian agama. Baik di Pondok Pesantren
Darussalam Martapura maupun di kalangan masyarakat umum seperti di
masjid-masjid di langgar-langgar dan di kampung-kampung, bahkan sampai ke
kantor-kantor pemerintahan..
Beliau juga orang yang pertama membawa dan mengembangkan pembacaan Maulid
Habsyi di Kalimantan Selatan dan sekitarnya sehingga sampai sekarang terus
diamalkan oleh masyarakatnya.
KH. Badruddin sejak remaja dan sampai akhir hayatnya dikenal
memiliki pendirian yang teguh, disiplin dan loyalitas yang tinggi baik dalam
sikap maupun perbuatan. Aktifitasnya sebagai pengajar agama diwakafkan sebagai
guru di Darussalam dengan memulai kiprahnya pada tahun 1955. hingga pada tahun
1976 Beliau diangkat menjadi pimpinan Pondok Pesantren Darussalam menggantikan
pendahulu sebelumnya Almarhum KH. Salim Ma’ruf.
Di masa kepemimpinan Beliau juga Darussalam mengganti nama menjadi “Pondok
Pesantren Darussalam” yang semula bernama Madrasah Al-Islamiyah Darussalam. Disamping itu, di bidang infrastruktur pun
mengalami peningkatan. Selain bangunan gedung yang di tempati di lokasi Pasayangan
juga dibangun gedung di lokasi baru yaitu di Jl. Perwira Tanjung Rema Darat
Martapura diatas bentangantanah seluas 10 hektar yang pada waktu itu hasil dari
sumbangan Pangdam X Lambung Mangkurat, Bapak Letjen Amir Mahmud.
Di bidang keagamaan, di samping sebagai guru dan pimpinan Pondok
Pesantren Darussalam, Beliau aktif memberikan khutbah Jum`at di Masjid Agung
Al-Karamah, Martapura dan Nazir Masjid kebanggaan warga masyarakat Serambi
Makkah Martapura, serta di kantor-kantor instansi pemerintah.
Sosok KH. Badruddin sebagai negarawan yang mempunyai dedikasi
menyebarkan da’wah Islam dengan penuh keikhlasan dan keyakinan hanya untuk
menuntut ridho-Nya. Selama hidup Beliau yang bersahaja pernah ditunjuk untuk
menjabat sebagai ; Penghulu Kampung Jawa dan Sungai Paring Martapura (th. 1955),
Sebagai karyawan di Departemen Agama Kabupaten Banjar (th 1960), diangkat menjadi anggota DPRD Tingkat II sejak
tahun 1961, dan dipercaya sebagai anggota MPR RI sejak tahun selama dua periode,
dan pada tahun 1978 dipercaya sebagai anggota DPA RI selama dua periode.
Di bidang organisasi, terutama organisasi keagamaan pernah
menduduki jabatan-jabatan penting seperti : Wakil Ketua Umum Badan Kerja Sama
Ulama Militer, Ketua MUI Kalimantan Selatan. Ketua LTPQ Kalimantan Selatan,
Ketua Umum Badan Kerja Sama Pondok Pesantren (BKSPP) Kalimantan Selatan, Anggota
Badan Pertimbangan MUI Pusat, Rais
Suriah PWNU Kalimantan Selatan. Dan kiprahnya di bidang ini tetap saja tak
lepas dari upaya memperjuangkan tegak syiar Islam.Beliau merupakan figur yang
berperan secara ideal dalam beberapa dimensi sosial, sebagai ayah dalam
keluarga, pakar ilmu dalam komunitas keilmuan dan ulama serta panutan dalam
kehidupan bermasyarakat. Kemanfaatan ilmu dan akhlak Beliau dirasakan semua
orang.
KH.
Badruddin bin KH. Ahmad Zaini telah berpulang ke rahmatullah malam Rabu tanggal
28 Jumadil Akhir 1413 H / 23 Desember 1992 M dimakamkan di qubah Tunggul Irang
Martapura.